OKESULSEL.COM, BUTON TENGAH – Kejuaraan Bupati Cup IV yang diselenggarakan di Kecamatan Mawasangka Timur (Mastim) Buton Tengah (Buteng) Sulawesi Tenggara (Sultra) sebelumnya dikritik. Pasalnya, kejuaraan yang menggunakan anggaran daerah (APBD) tersebut oleh panitia pelaksana kegiatan tidak menyediakan pakaian rompi.
Kepala dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Buton Tengah (Buteng) Sulawesi Tenggara (Sultra), Dr Anzar, angkat bicara soal pelaksanaa Bupati Cup IV yang diselenggarakan di Kecamatan Mawasangka Timur (Mastim).
Dr Anzar juga menyinggung menyampaikn pertandingan yang terjadi antara KNPI melawan tim Sangiawambulu, terkait anggaran, dia menyebutkan bahwa panitia memiliki keterbatasan anggaran.
"Keterbatasan tersebut sesuai dengan DPA anggaran yang dimiliki oleh Dikmudora Buton Tengah untuk kegiatan, jadi memang seperti rompi jersey itu tidak ada dalam DPA anggaran. Untuk jaring dan bolanya sendiri yang dipakai itu punya tahun sebelumnya kegiatan di Masteng,” ucap Dr Anzar, saat dikonfirmasi diruang kerjanya, Senin (12/07/2021).
Namun untuk total anggaran keseluruhan berdasarkan DPA berjumlah Rp 45,5 juta, setelah di kurangi pajak, kemudian Bupati Samahuddin membantu menambah anggaran Dikmudora sebesar Rp 22 juta.
Mengenai jumlah besaran hadiah yang diperebutkan seperti yang disebutkan dalam pemberitaan sebelumnya, mantan kadis PK Buteng ini langsung melakukan klarifikasi.
“Awalnya hanya ada juara 1 sampai juara 3 saja karena minimnya anggaran. Tapi pak Bupati mau ada juara 4 dan top score maka kemudian ditambahlah anggarannya hingga ada namanya hadiah juara 4 dan top score,” bebernya.
“"Juara 1 uang pembinaan sebesar Rp 25 juta, juara 2 uang pembinaan Rp 17,5 juta, juara 3 uang pembinaan Rp 12,5 juta, juara 4 uang pembinaan Rp 10 juta, tambahan dari bupati top scor 1,5 juta dan pemain terbaik 1 juta,” katanya.
Menyoal kisruh pertandingan KNPI melawan tim Sangiawambulu, ia mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan oleh panitia sudah dianggap benar. Sebab saat pertandingan berlangsung kostum yang digunakan oleh salah satu kesebelasan tidak sama dengan rekan setimnya.
“Kendalanya hanya pada satu orang pemain yang memiliki kostum berbeda hingga pemain dengan kostum dengan nomor punggung 13 ini diwajibkan untuk memiliki kostum yang sama dengan rekan setimnya,” ungkapnya.
“Tanggungjawab itu bukan pada panitia namun lebih ke pemain. Makanya pemain melalui managernya mengupayakan itu (mencari kostum). Berarti masalah ada di tim bukan panitia. Jadi clear ya tidak ada lagi masalah,” pungkasnya. (Dzabur Al-Butuni)