Messi kesal, keok dari Arab Saudi (Foto: Dok FIFA)
Tango Menagis, Tapi Belum Habis
Analisis: MUSAFIR YD
Argentina, tim yang dikapteninya nyatanya keok di tangan Arab Saudi dalam laga 111 menit. Dengan rincian, 90 menit waktu normal plus additional time 21 menit (babak pertama +7', babak kedua +14').
Lumrah saja bintang PSG itu shock. Kecuali tendangan penaltinya menit ke-10 yang membawa Argentina unggul awal 1-0. Selebihnya, La Pulga Cs. tak berkutik menghadapi ulet dan disiplinnya 'penggawa' Arab Saudi sepanjang pertandingan.
Gol dari Saleh Al Shehri menit ke-48, disusul lesatan Salem Al Dawsari 5 menit berselang, akhirnya mengantar Arab Saudi menang tipis, 2-1. Sensasi ini membuat tim besutan Lionel Scaloni meringis dan menagis.
Tak hanya Messi, nyaris seluruh penikmat bola di planet bumi merasakan keterkejutan yang diciptakan Si Elang Hijau, julukan kesebelasan Arab Saudi. Tengok saja, prediksi yang menyebar luas di internet sebelumnya menunjukkan Argentina-lah yang diunggulkan menang hingga 85 persen, 11 persen seri, dan Arab Saudi menang hanya 4 persen!
Belum lagi, Tim Tango Argentina masuk lapangan bermodalkan 36 laga tak terkalahkan. Dan catatan sejarah tak pernah kalah lawan Arab Saudi dalam berbagai pertemuan.
"Ini pukulan yang sangat berat, kekalahan yang menyakitkan, tapi kami harus tetap percaya diri. Tim ini tidak akan menyerah, " kilah Messi selepas pertandingan seperti dikutip dari BBC.
Yaaa, meskipun kalah, Argentina belumlah habis. Tim ini tetaplah potensial dan layak diunggulkan untuk melangkah jauh bahkan mengangkat trofi. Dengan catatan, sikap dan persiapan menghadapi pertandingan berikutnya harus lebih paripurna, sehingga tak ada kesan meremehkan lawan.
Bukan apanya, saat melawan Arab Saudi, terlihat Scaloni kurang persiapan dan tidak punya rencana B alias kontra strategi. Scaloni kagak mengantisipasi ide pelatih Arab Saudi Herve Renard, yang memainkan garis pertahanan tinggi dan pressing terstruktur mulai pemain depan.
Strategi pria 54 tahun asal Prancis itu didukung kedisiplinan dan kekompakan pemain-pemain bertahan Arab Saudi merapatkan dan meluruskan saf. Akhirnya,
menjadikan Argentina 10 kali terjebak offside. Termasuk 3 gol yang dianulir di babak pertama.
Terseok di Awal Berkibar di Belakang
Di sinilah variasi permainan diperlukan Argentina, Namun, faktanya Scaloni tidak meramu dan membekali timnya dengan cara variatif membongkar benteng Arab Saudi. Serangan Argentina pun terkesan monoton dan dipaksakan. Sebatas umpan-umpan terobosan serta menunggu sihir Messi maupun Angel Di Maria yang tak muncul-muncul.
Seharusnya kekalahan ini jadi pelajaran berharga bagi Scaloni di pertandingan berikutnya menghadapi Meksiko dan Polandia di Grup C. Jika melihat dari sisi positif, beruntung kalahnya di pertandingan perdana, sehingga masih ada kesempatan bangkit dan bisa menjadi bahan introspeksi yang sangat berharga.
Abdul Muin, L.O., pemerhati sepak bola sekaligus jurnalis senior yang bermukim di Makassar menyebut, piala dunia memang selalu memberi kejutan-kejutan. Seperti yang dialami di awal Piala Dunia Qatar ini. Itu bagian dari seni sepak bola.
“Semuanya belum bisa jadi patron final. Kalau tradisi klasiknya Argentina terseok di awal dan berkibar di belakang,” ujarnya penuh makna. (*).
Di sinilah variasi permainan diperlukan Argentina, Namun, faktanya Scaloni tidak meramu dan membekali timnya dengan cara variatif membongkar benteng Arab Saudi. Serangan Argentina pun terkesan monoton dan dipaksakan. Sebatas umpan-umpan terobosan serta menunggu sihir Messi maupun Angel Di Maria yang tak muncul-muncul.
Seharusnya kekalahan ini jadi pelajaran berharga bagi Scaloni di pertandingan berikutnya menghadapi Meksiko dan Polandia di Grup C. Jika melihat dari sisi positif, beruntung kalahnya di pertandingan perdana, sehingga masih ada kesempatan bangkit dan bisa menjadi bahan introspeksi yang sangat berharga.
Abdul Muin, L.O., pemerhati sepak bola sekaligus jurnalis senior yang bermukim di Makassar menyebut, piala dunia memang selalu memberi kejutan-kejutan. Seperti yang dialami di awal Piala Dunia Qatar ini. Itu bagian dari seni sepak bola.
“Semuanya belum bisa jadi patron final. Kalau tradisi klasiknya Argentina terseok di awal dan berkibar di belakang,” ujarnya penuh makna. (*).
Penulis: MUSAFIR YD
Editor: ABDUL
Informasi: Artikel ini juga termuat di NUANSABARU.ID, Media Grup Okesulsel.com (terverifikasi Dewan Pers).7