Okesuksel.com, MAKASSAR - Suara-suara haru dan komentar mengiringi kepergian mendiang Aris Asnawi terus saja mengalir. Tentu bukan bermaksud mendewa-dewakan seorang Aris Asnawi. Namun semata karena kesan persaudaraan yang langgeng telah ditanamkan beliau semasa hidupnya.
H. Aris Asnawi, SE, yang tutup usia, Selasa, 21 Mei 2024 di RS Ibnu Sina Makassar karena penyakit diabetes. Kini ia telah menghadap ke pangkuan Sang Pencipta. Ia meninggalkan seorang isteri bernama Asmawati dan 2 orang anak, drg Atfiansyah Asnawi dan Alfianah Asnawi.
Edy Basri, satu dari kerabat jurnalisnya semasa hidup, juga ikut bersuara. Edy Basri, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Wartawan Online (DPD IWO) Sidrap melihat satu kelebihan Haji Aris itu beliau sangat perhatian sama yuniornya.
Bahkan, Edy Basri yang juga mantan wartawan Harian FAJAR itu menilai Aris Asnawi iu sosok wartawan ulung yang sangat bersahabat.
"Beliau adalah sosok jurnalis ulung. Senior, sahabat, rekan dan saudara. Beliau sangat perhatian pada junior, " kata Edy Basri.
Demikian juga Arsyad Hakim, Wakil Ketua Bidang Kerjasama PWI Provinsi Sulsel mengatakan, dia itu berbodi kekar dan berkumis tebal, sangat disegani, tapi orangnya cukup ramah dan santun.
Arsyad Hakim yang kini Direktur FAJAR Nasional Network mengaku punya kesan tersendiri dengan almarhum. Ia pernah ditemani Haji Aris menginvestigasi sebuah kasus asusila yang heboh.
Saking hebohnya, katanya, puluhan oknum
polisi yang terlibat diberikan hukuman (sanksi). Arsyad tak mau terlalu jauh mengungkit kasus usang itu. Yang pasti di mata dia, Aris Asnawi itu senior yan suka membantu.
"Kak Aris itu nara sumber yang banyak membimbing saya dan suka membantu jika kita menemui kendala dalam peliputan, " ujarnya.
H. Purmadi Muin, Ketua PWI Perwakilan Sidrap mengatakan, H Aris Asnawi itu di mata teman-teman jurnalistik, sebagai sosok panutan yang kritis dan mengayomi.
"Iya kak, almarhum di mata rekan-rekan jurnalis, khususnya di Sidrap, dia itu dikenal sebagai sosok panutan dan suka mengayomi. Dan satu lagi. Haji Aris itu sikap tegas dan kritikus, " kata Purmadi yang juga dikenal sebagai wartawan Beritakota Makassar.
Kalau Anjing Gigit Manusia itu bukan Berita, tapi Kalau Manusia Gigit Anjing itu Baru Berita
Muin menilai Haji Aris itu bukan sekedar wartawan. Dia itu punya keistimewasn, visi dan analisanya tajam. Ia seolah-olah memiliki semacam radar sehingga tahu banyak masalah, termasuk dinamika politik di Sulsel.
Jurnalis, Muin, mantan wartawan Harian Beritakota Makassar ini sependapat Arsyad Hakim, bahwa Haji Aris itu kayak narasumber.
"Saya mau katakan begini. Sebagai penulis, saya merasa kehilangan satu narasumber kritis, yang penalarannya patut dipercaya sebab, Haji Aris itu kader Muhammadiyah yang religius, " hemat Muin yang juga wartawan Okesulsel.com.
"Semoga kiat kritisnya itu bisa saya warisi dan juga teman-teman untuk mengontrol kebijakan publik yang tidak berpihak kepada masyarakat," imbuh Muin.
Wajarlah kalau seorang kadernya bernama Bahri Layya menangis, tak kuasa menahan kesedihannya begitu mengetahui Haji Aris meninggal.
"Saya kehilangan senior panutan, kanda H. Aris. Beliau itu guru saya, baik di dunia pers ataupun di Ortom Muhammadiyah. Beliau jujur, disiplin, amanah dan dedikasinya banyak memperjuangkan kepentingan masyarakat, " ujar Bahri.
Yang unik, Bahri Layya yang juga berprofesi jurnalis ini, mengaku pernah mengikuti training centre pengkaderan IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah) di Sidrap tahun 1998, pemateri bidang jurnalistik H Aris Asnawi. Ada satu statement-nya yang diingat Bahri.
"Kalau anjing menggigit manusia itu bukan berita. Tapi kalau manusia menggigit anjing itu baru berita, " kata Aris Asnawi, seperti dikenang Bahri. (*)
Penulis/Editor: ABDUL MUIN L.O.
Informasi: Berita ini juga dimuat Nuansabaru.id, media Okesulsel.com (terverifikasi Dewan Pers).